:Rimba Raya:
Anggrek Hartinah (Cymbidium hartinahianum)
Merupakan salah satu jenis tumbuhan (jenis anggrek) yang endemik. Anggrek hartinah sering juga disebut dengan Anggrek Tien Soeharto. Habitatnya ditemukan di Desa Baniara Tele Kecamatan Harian Kabupaten Toba Samosir. Anggrek ini tumbuh baik ditempat terbuka diantara rerumputan serta tanaman lain seperti jenis paku-pakuan, kantong semar dan lain-lain. Termasuk jenis anggrek tanah yang pertumbuhannya merumpun.
Pertama kali ditemukan oleh Rusdi E. Nasution, seorang peneliti dari Herbarium LBN/LIPI Bogor pada tahun 1976. Ketika itu jenis anggrek ini tidak ditemukan dalam berbagai pustaka maupun dalam koleksi. Kemudian oleh peneliti lainnya J.B. Comber memberi nama ilmiah Cymbidium hartinahianum atau Anggrek Tien Soeharto pada hasil temuannya. Penabalan nama mantan Ibu Negara pada jenis anggrek ini merupakan penghargaan atas jasa-jasanya dalam rangka pengembangan dunia peranggrekan di Indonesia.
Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum).
Bunga ini tumbuh di kawasan Taman Wisata/Cagar Alam Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Adapun penemu pertama jenis bunga ini adalah Odoardo Beccari seorang pakar botani, berkebangsaan Italia. Ketika itu, tahun 1878, dalam perjalanannya di Kepahiang Rejang Lebong (Bengkulu) ia menemukan tumbuhan bunga bangkai. Kemudian oleh rekannya Prof. Giovanni Arcaneli dari Turin, diberi nama ilmiah Amorphophallus titanum Beccari.
Bunga bangkai lebih dikenal dengan sebutan Suweg Raksasa. Bau bunga menimbulkan kesan tidak enak, seolah-olah bau bangkai yang busuk. Banyak yang mengidentikannya dengan bunga bangkai yang satu lagi yaitu Padma Raksasa (Rafflesia arnoldi). Padahal keduanya memiliki perbedaan yang sangat prinsipil, yaitu :
1. Dalam hal bentuk, Amorphophallus titanum berbentuk kerucut seperti jagung yang masih berbalut, sedangkan Rafflesia arnoldi berbentuk bundar melebar.
2. Amorphophallus titanum termasuk dalam suku Aristolochiaceae dan merupakan tumbuhan monokotil, sedangkan Rafflesia arnoldi termasuk dalam suku Rafflesiaceae dan merupakan tumbuhan dikotil.
3. Biang Amorpohophallus titanum adalah umbi yang tertanam didalam tanah. Sedangkan Rafflesia arnoldi merupakan tumbuhan parasit yang tumbuh pada akar-akar liana dan menyebarkannya terutama adalah babi hutan yang tidak sengaja melukai akar liana dengan injakan. Pada injakan bekas kuku babi hutan itulah spora rafflesia tersimpan dan menemukan tempat yang cocok untuk tumbuh.
Daun Sang (Johannestijmania altifrons)
Tumbuhan ini hanya dijumpai di daerah Besitang tepatnya di kawasan 242 Aras Napal, dan beberapa daerah disekitar kawasan tersebut. Persebaran tidak luas dan bersifat endemik tidak ditemukan ditempat lain.
Daun Sang pertama kali ditemukan oleh Proffesor Teijsman seorang ahli botani dari Belanda. Menurut IUCN jenis tumbuhan ini telah masuk dalam Red Data Book sebagai jenis yang terancam punah.
Daun Sang adalah termasuk keluarga Palmae, yang memiliki daun tunggal ukuran besar mencapai 3 meter panjang dan lebar 1 meter. Karena ukuran dan daunnya yang kuat, masyarakat setempat dahulu memanfaatkan untuk atap rumah.
Jenis ini termasuk tumbuhan yang tidak tahan kena sinar matahari langsung (jenis toleran), lebih sering hidup dibawah naungan pepohonan. Hidup berkelompok membentuk rumpun namun penyebarannya sangat terbatas.
Perkembangan jenis ini lebih banyak berasal dari anakan dari bijinya yang tertutup oleh kulit yang tebal yang berbentuk bulat dan bergigi.
Kantung Semar (nepenthes sp)
Kantung semar adalah tumbuhan tropika yang menampilkan bentuk yang unik. Keunikannya terdapat pada kantungnya yang bergantung pada seutas sulur yang menyerupai spiral, yang keluar dari ujung daun. Kantung-kantung ini sangat menarik, karena bentuk dan warnanya yang indah. Keunikan lainnya terdapat pada kantungnya yang berbentuk corong berisi cairan yang didalamnya dapat ditemukan berbagai jenis serangga dan hewan lain. Kantung semar lebih dikenal sebagai pemakan serangga seperti lipan, kupu-kupu dan kalajengking. Penangkapan serangga dan hewan kecil lainnya dilakukan dengan menggunakan kantung-kantungnya. Biasanya serangga datang karena tertarik oleh bentuk, warna dan aroma kantung semarnya yang khas yang dihasilkan oleh kelenjar yang terdapat dibawah penutup kantung. Cairan ini menghasilkan aroma dan madu yang berguna untuk menjebak serangga atau binatang kecil lainnya yang terbang mengerumuni, sehingga terjerumus masuk kedalam kantung.
Orang Utan (Pongo pygmaeus)
Orang utan atau juga dikenal dengan nama Mawas adalah jenis kera besar yang mempunyai ciri tidak berbuntut, bertelinga kecil dan hidung kecil serta kepala berbentuk buah peer. Bulunya panjang dan lembut berwarna coklat kemerahan dengan tangan yang panjang dan kuat.
Orang utan sangat unik dan bersifat arboreal, yaitu menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya diatas pohon dan jarang sekali turun ketanah. Meraka bergerak dengan bergantungan dari satu dahan kedahan yang lain.
Orang utan juga dikenal sebagai satwa yang suka menyendiri (soliter) walaupun terkadang berkelompok terutama pada waktu menjelajah atau mencari makanan.
Menurut tempat hidupnya secara alami, Orang utan dapat dibedakan kedalam dua jenis yaitu Orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus) dan Orang utan Sumatera (Pongo pygmaeus abelli). Orang utan Sumatera hidup tersebar di hutan-hutan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara khususnya dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.
AKARI
Iskandar Htb
Jl. Sisingamangaraja Barat No. 2 P. Siantar
Balai Pemberdayaan Kreasi Ilmiah Mahasiswa ITM Medan
Iqbal Panantuan
Jl. Gd. Arca No. 52 Kampus ITM Medan Telp. 7363771
Bina Lingkungan Hidup Indonesia (BLHI) Wil. Sumut
Ir. Hamzah Lubis, SH, M.Si
Jl. Letda Sujono No. 90 Bandar Selamat Medan Telp. (061) 711549
Bitra Indonesia
Ir. Sukirman
Jl. Bahagia by Pass No. 11 / 35 Medan Telp.(061) 7876408
CALIPUTRA MEDAN
Jl. Sei Bah Mendaris No. 3 Medan
CREPER CLUB MEDAN
Jl. Sewindu No. 4 Medan
Federasi Arung Jeram Indoneesia SU (FAJI) SU
Join Kurniawan
sda
Form Peduli Masyarakat Kehutanan dan Perkebunan
H. Mansyur Nst
Jl. Mojopahit No. 57 Medan, Telp. 4522540
Forum Masyarakat Pelestari Sungai
Ralen
Jl. Sembahe Namorambe Km. 3 Desa Sanyum Sabah Kec. Sibolangit
FUSIES
Jl. Kuali No. 8 Medan
GEMA PALAH
Halbi Sirait
Tanjung Balai
Gerakan Masyarakat Pelestari LH (Dekorda GMPLH)
Drs. J. Fransiscus Sagala
Jl. Bunga Wijaya Kusuma No. 28, Medan, Telp. 8211710
GIRI WANA OUT DOOR ACTIVITIES
M. Farhan
Jl. Sampul No. 25 Medan Telp. 567615
Green Camp Try Karya
Jl. Gaperta Ujung No.58 Medan
Hijau Alam Indonesia
Jl. Seser No. 3A Medan Tembung
Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman FP UISU
Ahmad Yasir Lubis
Jl. Prof. A. Sofyan (USU), Telp. 8220785
Ikatan Penulis Peduli Lingkungan Indonesia (IPPLI)
Indra Buana Tanjung, ST
Jl. Nibung Baru No. 46 Medan,. Jl. Gaharu No. B-17 Medan (061) 45759464-4532718 Fax (061) 45322718-7360041
Ikatan Profesional LH
Liana B.
Komplek Perkantoran Kebayoran Center Blok 6Jakarta Selatan
Kel. Lebah Madu
S. Simanjuntak
Kantor Camat Lumban Julu
Kelompok Pelestari Sumber Daya Alam (KPSA)
Azis Damanik
Sidamanik Kab. Simalungun
Kelompok Pelestari Sumber Daya alam (KPSA)
Mangalambang Hutabarat
Dinas PKT Taput
Kelompok Penggemar Kegiatan di Alam Bebas (Sangkala)
M. Sidik
Jl.Saman Hudi Link.IV No. 19 Medan
KESPEMATIK
Jl. Tapian Nauli No. 27 Medan Telp.(061) 7359706
KKM Lestari Hayati Indonesia dan Pemerintahan Mahasiswa FMIPA USU
Rasyid Assaf Dongoran
Jl. Bioteknologi No. 1Medan, (Kampus USU)
Klub Indonesia Hijau (KIH) Regional 04 Medan
F. H.Simatupang
Jl. Keananga Raya No. 34 Pasar VI. Tanjung Sari Medan
Konservasi Bumi
P. Sihotang, MSi
Jl. Mandala By Pass No. 108 Medan
Konsorsium Penyelamatan Hutan dan Kawasan Ekosistem Leuser Sumut – Aceh
Marjoko, SH
Lembaga Advokasi Petani (LAP)
Efrizal Adil, SE
Jl. Warna No. 30 Medan HP. 081361669280
Lembaga Konservasi Independen Indonesia SDA (LKII-SDA)
H. Efendi Kebeakan
Jl. SM. Raja Sidikalang No. 168 Telp. (0627) 21002
Lembaga Penyedia Jasa Pengacara Lingkungan Hidup (LPJP-LH)
M. Muda HD Harahap, SH
Jl. Manunggal No. 10 Panglima Denai Telp. (061) 7320.557 HP. 0812070412 / 08126567572
Lembaga Studi Pemantauan Lingkungan
Poltak Simanjuntak
Jl.Muni No.14 Medan Tj.Rejo, Telp.(061) 8211867
LSM Hati Nurani Bangsa (LSM HANUBA)
Jimmi Sidabutar
Jl.Parang I No.5 Sempakata-Padang Bulan Medan
LSM Pelopor Tunas Bangsa
F.Amri Sonny, SE
Jl. Thamrin No.162 MedanTelp.7367162
LSM Pelopor Tunas Bangsa
Jl. Thamrin No.162 Medan Telp. 7367162
Madani Sumatera Foundation
Nurman
Jl. Sutomo No. 109 Pangkalan Brandan Fax. (0620) 322864
PELOPOR BANGSA
Antoni Situmorang
Jl. Pinang Mas III No. 7 (Villa Palem Kencana ) Medan
Pusat Studi Regional
Ir. Iskandar Sembiring
Jl. St. Moh. Arif gg. Perahu No. 5 P. Sidempuan
Ragg Life Indonesia
Jl. Letjen Jamin ginting No. 150 Simp. Kampus USU
SIBAYAK
Jl. Jamin Ginting gg. Pemuda No. 58 Kabanjahe
SULUR (Kel. Study Pedesaan LK)
Erastus
Jl. Pembangunan gg. Karya No. 9 Padang Bulan Medan Telp.(061)8211085
Wahana Bina Pembangunan Indonesia Sejahtera (WABPIS)
Dra. Ramida Sari Rangkuti
Jl. Sembada VI No. 13 A Koserna Telp. (061) 661.9857 Fax. (061) 821.6686 – 6619857
WALHI
Effendi Panjaitan
Jl. Mesjid Taufik No. 7 Medan
WIM Wahana Inform Masyarakat
Roem Sumantri
Jl. Abdullah Lubis No. 35/56 Medan. Telp. 4148814
YAPAHISU
Jl. P. Baris / Hasan Basri No. 6 Medan
YAPESDA
Jl. Paluh Sibaji No. 58 Pantai Labu Lubuk Pakam
Yayasan Advokasi Lingkungan dan Konsumen Indonesia (ALKIN)
Muhayat Pradipta, S. Sos
Jl. Jend. Gatot Subrotro Komp.Tomang Elok Blok E No. 7 Telp. (061) 845.7853
Yayasan Bencana Lingkungan Hidup
Syahril Tanjung
Jl. AR. Hakim No. 18 B Tanjung Balai
Yayasan Bencana Lingkungan Hidup Prop. Sumut
Osman. L.R, SE
Jl. Gatot Subroto No. 331 A Telp. (061) 553929
Yayasan Bhineka Sejahtera
James.W. Hutabarat, SH
Jl.Setiabudi No.173 C Medan, Telp. 8215066
Yayasan Bina Pengembangan Kualitas Kayu
Jauhari Lubis
Jl. Pendidikan gg. Buday No. 206 Panyabungan
Yayasan Bina Pengembangan Masyarakat (YBPM )
Abdul Muis Pulungan
Jl. Merdeka No. 118 P. Sidempuan
Yayasan biota lestari
Sujono
Jl. Kemenyan III/IV P.Simalingkar Medan Hp.08163100853
Yayasan Ekosistem Lestari
Ir. Suheri
Jl. KH. Wahid Hasyim No. 51/74 Medan, Telp. 4514360 Fax. 4514749
Yayasan Ekowisata Sumatera (YES)
Drs. Hamonangan Siringo-ringo
Jl. Sutomo Ujung gg. Sehati No.1A Telp.(061) 6627088
Yayasan Harapan Ibu Pertiwi (YHIP)
Drs. Raja Amrul
Link. II Kel. Persiapan Merbau Kec. Merbau
Yayasan Hayati Indonesia
Drs.Marwan Azhari Harahap
Jl. H.M. Yakcub No. 194 Medan HP. 081361707279
Yayasan Info Mitra Lingkungan
Denny Purba, SH
Jl. Multatuli No. 28 B/63 Medan Telp. 4563545
Yayasan KANOPI (Konservasi Alam & Organa Plasma Indonesia)
Hamdan, S.Pt
Jl. Mesjid Suhada No.20 Pasar VI Padang Bulan Telp.(061) 8214740
Yayasan Kelestarian Alam dan Lingkungan Hidup
Hotma Erita. P
Jl.Saudara No.5 Sp.Limun Telp. (061) 7869238
Yayasan Kelompok Tanah Gersang dan pelestarian tanaman buah langka (KPTG) Sumut
Jl. Gunung Pusuk Buhit 40 Glugur darat Medan. Telp.(061) 612635
Yayasan Komunitas Indonesia Baru (KIBAR)
Efrizal Adil, SE
Jl. Teratai No. 26 Medan, Telp. 4558909
Yayasan Konservasi LH (Kolingdup)
Hariady Wijaya, SH
Jl. Veteran No. 4 A Helvetia, P. Brayan Medan
Yayasan Lembaga Pemantau Dinamika Pembangunan Pelopor Bangsa (LPDP-PB)
Dr. Antony CH. Situmorang
Jl. SM. Raja No. 64 Medan
Yayasan Masyarakat Peduli Danau Toba-Pulau Samosir
Tonggam Gultom
Jl.Letda Sujono No.141 AB, Telp.(061) 7350869 Fax. 7346531
Yayasan Masyarakat Pemerhati Lingkungan
Ir. Andrew JMS
Jl.T. Amir Hamzah No.B-204 (Riatur Indah) Telp. (061) 8473429
Yayasan Partopi Tao Marsinalsal
H. Silalahi
Desa Paropo Kec.Sumbul /Dairi
Yayasan Pelestari Alam dan LH Indonesia
Saiful B
Jl. Panglima Denai / Jl. Gotong – Royong No. 2 Medan, Telp. 7321593
Yayasan Pelestari Alam & Lingk. Hidup Sumut (YAPALHISU)
Djon Husni
Jl. Murai I No. 72 Medan (Kompl. Tomang Elok) Telp.(061) 8455562
Yayasan Pelestarian Alam dan Lingkungan Hidup Indonesia (YAPELAHI)
David
Jl. Panglima Denai gg. Gotong-Royong No. 2 Medan
Yayasan Pelestarian Alam INDONESIA
SMTH Sidauruk
Jl. Gunung Dempo No. 9 Medan
Yayasan Pembangunan Pertanian Indonesia
Dr. Ir. Johanes, MS Samosir
Jl. Setia Budi gg. Bakania No. 1A Selayang Medan
Yayasan Pengembangan Sumber Daya Pedesaan (YAPESDA)
Mat Baini
Jl. Thamrin Lubuk Pakam (0812601 3721)
Yayasan Penta Rei
Prayetno Hadi Syahputra
Jl. Jemadi gg.Mawar No.5 P.Brayan Darat II Medan Telp. (061) 623284
Yayasan Perhimpunan Pencinta Danau Toba (YPPDT)
Prof. Midian Sirait
Yayasan Pertanian Alternatif Nusantara
Ir. Sabirin
Jl. Rahmadsyah Gg. Baik No. 476 Telp. (061) 7366438
Yayasan Pusaka Indonesia
Edy Satyanto
Jl. Setia Budi No.173 E
Yayasan Servival Indonesia
Jl. Langsat No. 4 Medan
Yayasan Suka Maju
Afifuddin Hrp
Jl. Palopat Maria No. 55 P. Sidempuan Barat
Yayasan Unita Siborong-borong
Hermanto
Siborong – borong
Yayasan Orangutan Sumatera (SOS-OIC)
Panut HadisiswoyoJl. Karya Wisata No. 26 Medan Johor 20143 (061) 7874150
Liburan lalu aku menghabiskan masa di daerah Batang Gadis, Mandailing Natal, Sumut. Daerah ini baru diresmikan menjadi sebuah Taman Nasional (TNBG). Di daerah ini terdapat konflik antara masyarakat dengan sebuah perusahaan pertambangan. Realitas di masyarakat adalah menolak kegiatan pertambangan. Alasan mereka menolak pertambangan sangat sederhana. "Sudah terbukti bahwa tidak ada satu pun perusahaan pertambangan yang beroperasi di Indonesia mampu mensejahterakan masyarakat sekitar". Mendengarkan alasan yang singkat itu, aku terpacu untuk menggali informasi lebih jauh.
Mulailah ilmu-ilmu yang kudapat di bangku kuliah dan di organisasi kuterapkan. Investigasi mulai kulakukan untuk mencari informasi mengenai hal ini. Satu per satu institusi yang terkait mengenai isu ini kudatangi. Untuk memperlancar investigasi, terpaksa aku menyamar sebagai seorang mahasiswa yang melakukan penelitian mengenai potensi tanaman obat di TNBG. Selain melakukan investigasi terhadap institusi yang terkait, aku juga melakukan investigasi lapangan dengan penjelajahan selama tiga hari di TNBG. Dari hasil penjelajahan, aku melihat bahwa TNBG sangat kaya dengan keanekaragaman hayati. Dari sini aku banyak mendapatkan pengalaman yang berarti. Aku belajar untuk lebih mencintai alam dan belajar untuk lebih memahami dan menghargai orang lain.
Dari hasil investigasi tersebut, dapat kutarik beberapa kesimpulan. Pertama, masyarakat Mandailing Natal adalah masyarakat yang sangat menghargai keberadaan hutan. Kedua, TNBG merupakan salah satu daerah dengan keanekaragaman hayati paling tinggi di Sumatera. Ketiga, TNBG merupakan daerah yang memiliki potensi ekowisata (wisata alam) dan perlu dipromosikan lebih jauh. Keempat, yang merupakan paling penting adalah "Lawanlah pendapat yang menilai hutan dengan uang. Uang adalah buatan manusia yang dapat memusnahkan nilai hakiki dari hutan. Musnahnya hutan berarti musnahnya kehidupan".
Melalui ini aku mengajak teman-teman untuk mengisi waktu liburan dengan hal-hal yang lebih berarti. Terapkanlah ilmu yang kita dapat bagi masyarakat dan carilah lokasi liburan yang dapat digunakan sebagai ajang refreshing dan dapat mendukung bidang keilmuan kita di kampus. Lestari...!!!
Perubahan sosial dalam peradaban manusia dari masyarakat primitif (tak berbudaya) menjadi masyarakat agraris dan kemudian saat ini mencoba untuk menjadi masyarakat industrialis, telah memaksa eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) secara besar-besaran diseluruh belahan bumi Indonesia. Eksploitasi tersebut telah mengorbankan jutaan hektar hutan tropis Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (mega biodiversity).
Hutan tropis Indonesia selama lebih dari setengah abad (pasca kemerdekaan), telah dikuras secara besar-besaran demi kelancaran proses pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Namun pada kenyataannya kegiatan eksploitasi ini hanya mensejahterakan segelintir orang saja (cukong kayu, penyelundup, dan oknum aparat). Masyarakat, terutama masyarakat sekitar hutan hanya mendapatkan ekses negatif yang menimbulkan penderitaan. Hilangnya keanekaragaman hayati dan timbulnya bencana alam berupa banjir, tanah longsor dan kebakaran hutan merupakan konsekuensi yang harus diterima masyarakat akibat pengelolan alam dan lingkungan hidup yang tidak berasaskan kelestarian.
- - - - - - -
Tidak dilibatkannya masyarakat dalam pengambilan keputusan dan kegiatan pengelolaan hutan merupakan salah satu masalah yang dapat menghambat terciptanya pembangunan atas nama kesejahteraan yang telah mengorbankan berjuta-juta hektar hutan tropis Indonesia. Peran serta aktif masyarakat, terutama masyarakat sekitar hutan, mutlak diperlukan agar dapat menciptakan eksploitasi SDA yang terkontrol dan mampu menghasilkan nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tanpa dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam kegiatan pengelolaan hutan, maka bullshit hutan Indonesia mampu memberikan kontribusi nyata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketika peran masyarakat masih hanya sebagai penonton, dapat dipastikan kerusakan hutan Indonesia akan semakin menjadi-jadi dan penderitaan masyarakat pun juga akan semakin menjadi-jadi pula.
Jika bencana alam yang diakibatkan oleh eksploitasi secara besar-besaran terjadi, maka masyarakatlah yang pertama kali akan mendapatkan dampak bencana alam tersebut. Perkembangan terakhir yang bisa kita lihat di Pulau Sumatera yaitu, Provinsi Jambi dan Riau merupakan wilayah “kubangan” pada musim hujan dan juga merupakan wilayah “knalpot” pada musim panas. Selain dua Propinsi tadi, Sumatera Utara merupakan calon penerima gelar sebagai wilayah “kubangan dan knalpot”. Jika Dinas Kehutanan Propinsi dan Kabupaten serta segenap stake holder dan decisión maker tidak segera berbenah diri dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat yang potensial diajak sebagai mitra dalam menekan semakin tingginya laju kerusakan hutan di Propinsi ini, maka dapat diprediksi bahwa 5 tahun ke depan, Sumatera Utara pasti akan memperoleh gelar sebagai wilayah “kubangan dan knalpot”.
Kemudian di Pulau Kalimantan berdasarkan perkembangan terbaru, Kabupaten Kutai Propinsi Kalimantan Timur ternyata 75 persen daratannya telah berubah menjadi wilayah “danau pasang surut” yang entah kapan surutnya. Sudah lebih dari 2 minggu, masyarakat di Kabupaten yang pernah menjadi salah satu Kerajaan yang disegani di Asia ini harus mengungsi ke tempat-tempat yang tinggi dan tidak terendam air. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang harus mengungsi ke luar Kabupaten.
- - - - - - -
Apa yang salah…??? Ternyata selama ini pola dan konsep kegiatan eksploitasi yang dilakukan di negara ini hanya memandang kebutuhan manusia Indonesia yang ada sekarang. Padahal seharusnya semua kegiatan pengelolaan yang dilakukan dalam pemanfaatan SDA dan lingkungan hidup adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia saat ini dan menjamin terpenuhinya kebutuhan dan kelangsungan hidup generasi yang akan datang. Hal ini merupakan asas kelestarian yang lebih popular dengan istilah SFM (Sustainable Forest Management). Pengelolaan yang demikian juga sejalan dengan istilah konservasi.
Segala macam kegiatan yang dilakukan dalam hal pemanfaatan alam dan hasil-hasilnya harus selalu bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk menciptakan kemakmuran tersebut, maka masyarakat sudah seharusnya dilibatkan agar memiliki senses of belonging terhadap lingkungan alamnya. Dalam Bab III dan IV Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, posisi masyarakat sudah sangat jelas dengan pengaturan hak, kewajiban dan peran sertanya. Dalam Bab X UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan juga telah diatur bagaimana seharusnya peran serta masyarakat dalam bidang kehutanan.
Namun sayangnya sampai saat ini masyarakat belum bisa mengambil peranannya sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Hal ini terjadi karena dalam prakteknya kebijakan lokal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah tidak memfasilitasi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam semua aspek pengelolaan SDA dan lingkungan hidup. Sudah menjadi kenyataan bahwa masyarakat cenderung sebagai penonton dan bisa juga sebagai korban dari eksploitasi SDA yang berlangsung di lingkungannya.
Jika hal ini tidak segera dibenahi oleh Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu yang bertugas selama periode 2004-2009 ini, maka dikhawatirkan bangsa Indonesia akan sangat serius menghadapi masalah perpecahan bangsa akibat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang sudah berada pada level paling bawah sehingga mengakibatkan tidak adanya sense of belonging terhadap bangsa dan negara Indonesia.
Melihat kenyataan yang bukan sekedar fenomena, namun merupakan realitas dari pemaparan di atas, maka sudah saatnya seluruh komponen bangsa Indonesia berprilaku arif dalam memandang kesinambungan kehidupan di bumi dan mampu memperbaiki kondisi alam khususnya hutan dan segala isinya, dengan semangat dan jiwa baru yaitu semangat dan jiwa konservasi. Konservasi mutlak diperlukan jika manusia masih ingin menghirup udara bersih, meminum air yang bersih dan menikmati pemandangan alam yang sangat luar biasa.
- - - - - - -
Sudah sangat banyak konsep pengelolaan SDA yang berasaskan kelestarian ditawarkan oleh para ahli yang kompeten di bidang ini. Tinggal bagaimana pemerintah sebagai aparatur negara mau untuk merubah kesalahan kebudayaan pemerintah yang bercirikan top-bottom menjadi bottom-top dalam pembuatan dan pelaksanaan suatu kebijakan pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup.
Satu petuah bijak dari para pendahulu kita mungkin bisa sedikit mengetuk hati nurani bangsa yang kondisi alamnya semakin hari semakin parah ini. “Manusia bisa menaklukkan kehendak siapa saja yang ada di bumi ini, namun manusia tidak bisa menaklukkan kehendak Tuhan dan menaklukkan kehendak alam”. Demikianlah kira-kira kata-kata bijak para pendahulu kita yang telah terlebih dahulu mengenal alam ini. Sedikit kalimat tersebut adalah kepedulian dari generasi sebelum kita untuk dapat meyakinkan kita bahwa bersahabat dengan alam itu sangat indah dan sangat mulia. Itu merupakan warisan berharga yang merupakan anugerah jika kita dapat memaknainya lebih mendalam. Pertanyaannya sekarang adalah : “Apa yang akan kita wariskan kepada generasi setelah kita…?”
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak terpisahkan.
Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atastanah.
Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.
Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukumadat.
Masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang terikat oleh hokum adat, keturunan dan tempat tinggal.
Hutan desa adalah hutan negara yang dikelola desa untuk kesejahteraan desa.
Hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya untuk memberdayakan masyarakat tanpa mengganggu fungsi pokoknya.
Hutan rakyat adalah hutan pada tanah yang diakui sebagai milik rakyat baik bersama maupun perorangan
Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekositemnya.
Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah system penyangga kehidupan.
Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Hutan bakau adalah zona peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang memiliki nilai penting untuk perlindungan pantai, penahanan endapan lumpur dan fungsi keseimbangan lingkungan.
Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dan perkembangannya berlangsung secara alami.
Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan dan kebanggaan nasional yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikaan, penunjang budidaya tumbuhan dan atau satwa, pariwisata dan rekreasi.
Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan atau satwa, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata buru.
Kebakaran vegetasi adalah istilah yang dipakai dalam menggambarkan kebakaran hutan dan lahan yang meliputi penangkapan, pengolahan, penginterpretasian, dan presentasi data kebakaran yang diperoleh NOAA.
Kebakaran liar (wild fire) adalah istilah yang dipakai untuk kebakaran tetumbuhan yang tidak terkendali.
Titik panas (hot spot) adalah istilah untuk menunjukkan lokasi terjadinya kebakaran vegetasi yang terlihat di layar komputer atau di peta kebakaran, atau sebagaimana yang diindikasikan oleh koordinatnya.
Asap (smoke) adalah gas yang tampak akibat dari pembakaran (Deutches Institut fur Normung)
Kabut (haze) adalah partikel-partikel kering yang mengakibatkan berkurangnya jarak pandang (World Meteorological Organization)
Penutupan lahan/vegetasi adalah kondisi permukaan bumi yang menggambarkan kenampakan penutupan lahan dan vegetasi.
Perubahan kawasan hutan adalah berubahnya luas kawasan hutan sebagai akibat dari adanya pelepasan kawasan hutan (untuk keperluan non kehutanan), adanya tukar menukar kawasan atau adanya perubahan fungsi hutan.
Penataan batas kawasan hutan adalah suatu kegiatan dalam rangka menetapkan batas-batas yang pasti mengenai batas kawasan hutan berdasarkan fungsi-fungsinya yaitu fungsi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi.
Inventarisasi hutan adalah kegiatan untuk mengetahui keadaan potensi hutan berupa flora, fauna, sumberdaya manusia dan sosial ekonomi serta potensi budaya masyarakat di dalam dan luar kawasan hutan. dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan atau satwa, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
Pengusahaan hutan adalah kegiatan pemanfaatan hutan yang berdasarkan atas azas kelestarian fungsi dan azas perusahaan yang meliputi penanaman, peliharaan, pengamanan, pemanenan hasil, dan pemasran hasil hutan.
Hak pengusahaan hutan tanaman industri (HPHTI) adalah hak yang diberikan oleh Menteri Kehutanan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta atau Koperasi untuk mengusahakan Hutan Tanaman Industri dalam jangka waktu tertentu.
Hasil hutan adalah benda-benda hayati, nonhayati turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan.
Kayu gergajian adalah kayu hasil konversi kayu bulat dengan menggunakan mesin gergaji, mempunyai bentuk yang teratur dengan sisi-sisi sejajar dan sudut-sudutnya siku dengan kadar air tidak lebih dari 18%.
Kayu lapis adalah panel kayu yang tersusun dari lapisan veneer dibagian luarnya, sedangkan dibagian intinya (core) bisa berupa veneer atau material lain, diikat dengan lem kemudian ditekan sedemikian rupa sehingga menjadi panel yang kuat. Termasuk dalam artian ini adalah kayu lapis yang dilapisi lagi dengan material lain.
Rotan adalah rotan asalan yang dihasilkan dari hutan alam atau hasil budidaya masyarakat hutan.
Gondorukem adalah getah dari pohon pinus (Pinus merkusii) yang kemudian diolah menjadi gondorukem. Kegunaan gondorukem adalah untuk bahan baku industri kertas, keramik, plastik, cat, batik, sabun, tinta etak, politur, farmasi, kosmetik, dll.
Terpentin adalah getah dari pohon pinus (Pinus merkusii) yang kemudian diolah menjadi terpentin. Kegunaan terpentin adalah untuk bahan baku industri kosmetik, minyak cat, campuran bahan pelarut, antiseptik, kamfer dan farmasi.
Minyak kayu putih adalah produk dari daun pohon kayu putih (Melaleuca leucadendron) melalui proses penyulingan dihasilkan minyak kayu putih. Kegunaan minyak kayu putih adalah untuk bahan farmasi.
Damar adalah hasil sekresi (getah) dari pohon Shorea sp., Vatica sp., Dryobalanops sp., dan dari suku Dipterocarpaceae, termasuk damar mata kucing dan damar gelap. Kegunaan damar adalah sebagai bahan korek api, plastik, plester, vernis, lak, dan sebagainya.
Sagu adalah ekstrak tepung sagu yang diambil dari empulur pohon sagu (Metroxylon rumphii Mart) yang tumbuh secara alam dan tanaman.
Sutera adalah hasil/produk Usaha Tani Persuteraan Alam yang merupakan kegiatan usaha tani dengan hasil pokok berupa kokon atau benang sutera mentah.
Kopal adalah getah dari pohon damar (Agathis alba) yang kemudian diolah menjadi kopal. Kegunaan kopal adalah untuk melapisi kertas agar tidak rusak kalau ditulis dengan tinta.
Perlebahan adalah budidaya lebah untuk menghasilkan madu, jelly, lilin dan hasil lainnya.
10 January : Hari Lingkungan Hidup Indonesia
2 February : Hari Lahan Basah Sedunia (konvensi Ramsar)
6 March : Hari Konvensi CITES (perdagangan satwa liar)
20 March : Hari Kehutanan Dunia
22 March : Hari Air Internasional
22 April : Hari Bumi / Earth Day / KTT Bumihttp://www.earthday.net
5 June : Hari Lingkungan Hidup Sedunia (Environment Day)
23 June : Hari Konvensi Bonn
16 November : Hari Konferensi Warisan Dunia
21 November : Hari Pohonhttp://www.arborday.org
2 December : Hari Konvensi Ikan Paus
15 December : Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional
29 December : Hari Keanekaragaman Hayati
INTRO :
Organisasi adalah wadah kerjasama bagi sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan, dimana setiap orang yang terlibat didalamnya, dituntut untuk berusaha mencapai tujuan itu, dengan bekerjasama antara satu dengan yang lain. Dalam organisasi, kita akan menjumpai banyak orang (anggota) dengan banyak karakter. Di dalam organisasi juga pasti akan kita temui struktur kepengurusan dan peraturan-peraturan yang mengikat orang-orang didalam organisasi itu sendiri. Jadi, pada dasarnya organisasi sama dengan kehidupan bermasyarakat.
-------
Sejak dua tahun yang lalu, semangatku untuk berorganisasi sangat tinggi. Banyak kegiatan-kegiatan yang menurutku mampu meningkatkan kapasitas dan kapabilitasku sebagai seorang mahasiswa kristen, kudapat dari berorganisasi (khususnya GMKI). Karena begitu semangatnya berorganisasi, aku tidak pernah merasa rugi untuk menomorduakan kegiatan lain, demi mengikuti kegiatan-kegiatan yang bisa kudapat dari organisasi.
Sumber Daya Alam Hayati adalah unsur-unsur hayati dialam yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama-sama dengan unsur non hayati disekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Ekosistem Sumber Daya Alam Hayati adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur dalam alam baik hayati, maupun non hayati yang saling tergantung dan pengaruh mempengaruhi.
Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati, baik yang hidup didarat maupun di air.
Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup didarat, dan/atau diair, dan/atau diudara.
Tumbuhan Liar adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas dan/atau dipelihara, yang masih mempunyai kemurnian jenisnya.
Satwa Liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan/atau di air, dan/atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.
Habitat adalah lingkungan tempat tinggal tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang secara alami.
Erosi adalah proses hilangnya permukaan tanah yang disebabkan oleh aliran air, hujan, es atau berbagai penyebab geografis lainnya, termasuk proses-proses akibat gravitasi bumi.
Frugivora adalah binatang pemakan buah-buahan.
Keanekaragaman Hayati adalah keragaman yang ada diantara berbagai jenis organisme dan ekosistem dimana suatu organisme merupakan bagiannya.
Populasi adalah jumlah organisme dari jenis binatang/tumbuhan yang sama, yang menempati kawasan atau tempat yang sama, yang berpotensi untuk kawin sekerabat dan memiliki sumber gen yang sama.
Regenerasi adalah pertumbuhan kembali tegakan hutan, yang berlangsung alami atau kerena penanaman kembali.
Penangkaran adalah upaya pembangunan melalui pengembangbiakkan dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya.
Lembaga Konservasi adalah lembaga yang bergerak dibidang konservasi tumbuhan dan satwa di luar habitatnya (ex-situ), baik berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah.
Pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik didalam maupun diluar habitatnya tidak punah.
Identifikasi Jenis Tumbuhan dan Satwa adalah upaya untuk mengenal jenis, keadaan umum status populasi dan tempat hidupnya yang dilakukan di dalam habitatnya.
Inventarisasi Jenis Tumbuhan dan Satwa adalah upaya untuk mengetahui kondisi dan status populasi secara lebih rinci serta daerah penyebarannya yang dilakukan di dalam dan di luar habitatnya maupun di lembaga konservasi.
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah dan masyarakat.
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan :
1. Perlindungan system penyangga kehidupan
2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Akhirnya gelangnya abis juga... :)
Lega deh... ternyata kepercayaan yang diberikan Mas Yudhis yang hanya mengenal aku melalui blogku ini, beberapa kali balas2an e-mail, beberapa kali sms + 1 x telepon, akhirnya bisa aku pertanggungjawabkan. Uang hasil penjualan gelangnya akan kukirimkan siang ini juga.
Kalo kulihat dari perkembangan penjualan gelangnya, sepertinya masih banyak teman2 yang mau peduli dengan ikut membeli gelangnya. Namun aku ga mau ambil banyak resiko. Mungkin untuk tahap kedua nanti aku hanya memesan 50-70 gelang saja.
Berikut update nama2 rekan yang ikut menjadi generasi solidaritas :
1. Agreen (Kehutanan USU '02)
2. John (Kehutanan USU '02)
3. Anak FK USU '04
4. My Self
5. Afra Ginting (Anggota GMKI, FP USU '03)
6. Kardo (Anggota GMKI, Hukum UHN '01)
7. B' Demak (Senior GMKI)
8. Edi Syahputra (SekCab GMKI Medan)
9. Bobby (Anggota GMKI, STT AS '02)
10. Fanny (Anggota GMKI, FE USU '05)
11. Sepupunya Fanny (Anak SMU)
12. Maruba Nababan (Anggota GMKI, FISIP UDA '03)
13. Uci (My Loveley Sister, Anggota PS Consolatio, SEP USU '02)
14. Eko HP (Kehutanan USU '02)
15. Sahat Anugrah (Kehutanan USU'02)
16. Jonas Purba (Anggota GMKI, Kehutanan USU '03)
17. Magda (Anggota GMKI, Kehutanan USU '03)
18. Posma (Kehutanan USU '03)
19. B' Joshua (Anggota GMKI, Alumni Kehutanan USU)
20. Tere (Anggota GMKI, FKM USU '04)
21. Adi Edi Laia (Waket Bidang Kerohanian GMKI Cab. Medan)
22. Aderina Simanjuntak (Anggota GMKI, FK UMI '01)
23. Yansen Hasibuan (Ketua GMKI Koms. STT AS)
24. Eduard Manalu (Anggota GMKI, STT AS '02)
25. Masrudi (Wasek Bidang Organisasi GMKI Cab. Medan)
26. Conti (Anggota GMKI, FKM USU '04)
27. Rizka Agustina (Kehutanan USU '02)
28. Arif Irwansyah (Kehutanan USU '02)
29. Bertha (Kehutanan USU '02)
30. Yan Bastian (Anggota GMKI, Kehutanan USU '02)
Well itu dulu deh Updatenya :) Ikut peduli ya...!!!
Setelah dapat e-mail itu, aku pun jadi agak intens komunikasi dengan mas Yudhis sampai akhirnya aku dapat telepon dari beliau. Saat itu aku sedang baca2 buku di Gramedia Jl. Gajahmada, Medan. Nah... karena mas Yudhis kurang jelas mendengar suaraku, terpaksa aku harus keluar dulu dari gramed n cari tempat yang sinyalnya lebih kuat. Agak lama juga kami berbicara tentang solidaritasKEBERSAMAAN dan rencana kampanye yang akan coba ku galang di Medan. Hingga akhirnya mas Yudhis memberikan kepercayaan kepadaku dengan memberikan 30 buah gelang solidaritas dan beberapa lembar selebaran kampanye solidaritasKEBERSAMAAN yang baru saja kuterima sabtu pagi kemarin dari seorang pegawai Kampusku. Kebetulan saat itu aku lagi sibuk ngisi KRS dan harus menjumpai Dosen Pembimbing Akademikku. Setelah selesai menandatangani KRS, aku pun bergerak menuju Auditorium USU untuk menyerahkan KRS tersebut. Saat aku tiba di audit, ternyata pintu masuk masih tertutup karena petugas sedang istirahat dan makan siang. Sambil menunggu pintu dibuka kembali, aku pun mulai menceritakan tentang kampanye solidaritasKEBERSAMAAN kepada orang-orang yang aku kenal yang juga sedang menunggu untuk menyerahkan KRSnya. Eh... ternyata respon mereka positif. Dua sejoli Agreen & John adalah yang pertama kali mendukung dengan membeli gelang solidaritas. Mereka juga menyatakan siap untuk terlibat aktif jika memang dibutuhkan. Thx friends... Setelah itu, ternyata ada seorang teman (Anak FK '04) yang memperhatikan kami. Langsung saja aku menyerahkan postcard kampanye solidaritasKEBERSAMAAN kepadanya. Tanpa banyak tanya dia langsung mengeluarkan uang Rp 10.000,- dan memilih gelang yang cocok ditangannya. Dia (Sorry friend, aku lupa tanya namamu. Mudah2an kita ketemu lagi :) cuma bilang "Aku udah lama tau tentang kampanye ini, tapi ga tau tempat belinya di Medan dan memang ga mau repot memesan via website". Wah... ternyata kampanye ini memang sudah banyak diketahui anak medan toh... Lalu? Masih di audit, aku berjumpa lagi dengan seorang adik yang bernama Fanny Roswita Ria Pasaribu (lengkap bgt namanya ya? hehehe... ya iyalah, orang aku yang jadi sekretaris pas mereka mengikuti Masa Perkenalan angggota baru GMKI cabang Medan) dia anggota baru GMKI dari FE '05. Ternyata di tangannya sudah melingkar gelang solidaritasKEBERSAMAAN. "Aku beli di Jakarta Bang..." itu katanya saat kutanyakan tentang asal-muasal gelangnya. Kemudian aku pun menceritakan tentang keterlibatan aku dengan kampanye ini. tanpa banyak tanya dia pun langsung meminta 10 gelang. "Biar aku jalanin sama teman-temanku bang...". Wah... mudah2an laku semua deh :) soalnya targetku hari selasa harus sudah kutransfer uang hasil penjualan gelangnya ke rekening YTC. Mudah2an senin sudah habis dan kiriman gelang berikutnya akan kutunggu :) Sampai saat aku menuliskan posting ini, dari 30 gelang, hanya tinggal 9 yang ada ditanganku :) Mau tau siapa2 aja yang peduli? Nih orang2nya : 1. John (Kehutanan USU '02) 2. Agreen (Kehutanan USU '02) 3. Anak FK USU '04 4. Aku sendiri (Malu juga kalo ga pake gelang ini...) 5. Afra Ginting (Teknik Pertanian USU '03) 6. Bobby (Anggota GMKI Komisariat STT Abdi Sabda) 7. Edy Syahputra (SekCab GMKI Medan) 8. Kardo (Anggota GMKI Komisariat Univ. HKBP Nommensen) 9. B' Demak (Senior GMKI yang berdomisili di Pekanbaru & kebetulan lagi datang ke Sekretariat) 10. Anggota GMKI dari Univ. Dharma Agung (Sorry bro, aku belum tau namamu) 11. Uci (Adikku tercinta yang mau nyebarin virus solidaritas ke Paduan Suara Consolatio) 12. Fanny (10 gelang yang dibawanya aku anggap udah laku. hehehe...) Nah... gitu deh cerintanya. Mudah2an testcase 30 gelang ini bisa aku pertanggungjawabkan ke mas Yudhis dan untuk selanjutnya anak-anak medan pada punya kepedulian dengan mendukung kampanye ini :) Oh iya... ada yang lupa. Aku kekurangan bahan publikasi karena selebaran yang kuterima dalam paket hanya belasan lembar. Padahalkan aku harus mempublikasikannya dulu biar ngejual gelangnya bisa lancar. hehehe... mudah2an pada pengiriman berikutnya mas Yudhis bisa menambahkan selebarannya yang agak banyak. OK mas...??? Terakhir aku cuma mau bilang ke teman-teman yang kebetulan singgah ke situsku ini untuk ikut serta membantu dan mendukung kampanye solidaritasKEBERSAMAAN. Makin banyak yang peduli, makin banyak anak-anak Indonesia yang terbantu. *kalo mau tau lebih banyak, buka aja www.tunascendekia.org
Salam hangat Mulyadi, Kami dari Tunas Cendekia sedang menjalankan satu kampanye kecilsolidaritasKEBERSAMAAN. Tujuannya adalah membantu meningkatkan pendidikananak-anak di Indonesia. Tertarik sekali dengan kegiatan sahabat yang sangat peduli dgn lingkungan. Apakah ada komunitas di daerah tempat rekan berada yang anak-anaknyamembutuhkan bantuan pendidikan, seperti seragam, buku pelajaran/tulis atau alat tulis? Jika ada yang bisa kita lakukan bersama untuk anak-anak ini mohon berbagiinformasi dengan kami. Respon dari sahabat akan kami tunggu. Atasperhatiannya kami ucapkan terima kasih. Salam kebersamaan!Yudhistira
Kaget juga pas dapet e-mail itu dari mas Yudhis. Gimana ga kaget, lah wong aku ini kan ga punya link dengan Yayasan Tunas Cendekia. Tapi akhirnya aku tau kalo mereka dapat e-mailku dari blogku ini :) itulah enaknya kalo punya blog... bisa punya link kemana-mana. hehehe...
Hutan Wisata Deleng Lancuk adalah nama sebuah bukit yang berada didalam kawasan Hutan Sibayak II dengan luas 435 Ha. Termasuk Danau Lau Kawar telah ditunjuk menjadi TWA sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No.08/Kpts/II/1989 tanggal 6 Pebruari 1989. secara administrative pemerintahan kawasan hutan wisata ini terletak di Desa Lau Kawar Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Daerah Tingkat II Tanah Karo. Untuk menuju lokasi ini dapat ditempuh dari Medan melalui Kabanjahe ± 1 1/2 jam, selain itu dapat juga ditempuh dari Kota Pematang Siantar melewati pinggiran Danau Toba yang sudah tentu membuat perjalanan ini mengasyikkan.
Potensi flora/tumbuhan yang terdapat dikawasan TWA Deleng Lancuk didominasi oleh jenis keliung (Quercus sp), Castanopsis sp dan jenis ficus. Pada pingggiraan danau (tebing) banyak dijumpai berbagai jenis anggrek pohon dengan bunga-bungaan yang indah. Sedangkan fauna yang dapat kita jumpai antara lain : Rusa rawa (Cervus unicolor), Owa (Hylobates moloch), Musang (Paradoxumus hermaprodicus), Kambing hutan (Naemorhaedus sumatrensis) dan Burung Enggang (Buceros sp).
Deleng Lancuk dam Danau Kawar memiliki potensi kepariwisataan yang sangat tinggi berupa kombinasi antara alam berbuah dengan danau yang berair jernih. Disamping itu keadaan cuaca sejuk yang dipengaruhi oleh hembusan angin pegunungan segar membuat perasaan semakin nyaman. Selain itu juga dilokasi ini juga didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai sehingga lokasi ini sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing untuk berbagai kegiatan pariwisata.
Kelompok Hutan Sibolangit terletak diantara jalan raya Medan Berastagi, sekitar 40 km dari kota Medan dengan waktu tempuh lebih kurang 1jam. Sebagai jalur wisata, kondisi jalan sangat mulus sehingga dapat dilalui oleh berbagai jenis kendaraan bermotor roda dua dan empat.
SEJARAH
Alkisah, ada tiga pohon di dalam hutan.
Suatu hari, ketiganya saling menceritakan mengenai harapan dan impian mereka.
Pohon pertama berkata: "Kelak aku ingin menjadi peti harta karun. Aku akan diisi emas, perak dan berbagai batu permata dan semua orang akan mengagumi keindahannya".
Kemudian pohon kedua berkata: "Suatu hari kelak aku akan menjadi sebuah kapal yang besar. Aku akan mengangkut raja-raja dan berlayar ke ujung dunia. Aku akan menjadi kapal yang kuat dan setiap orang merasa aman berada dekat denganku".
Lalu giliran pohon ketiga yang menyampaikan impiannya: "Aku ingin tumbuh menjadi pohon yang tertinggi di hutan di puncak bukit. Orang-orang akan memandangku dan berpikir betapa aku begitu dekat untuk menggapai surga dan TUHAN. Aku akan menjadi pohon terbesar sepanjang masa dan orang-orang akan mengingatku.
Setelah beberapa tahun berdoa agar impian terkabul, sekelompok penebang pohon datang dan menebang ketiga pohon itu...
Pohon pertama dibawa ke tukang kayu. Ia sangat senang sebab ia tahu bahwa ia akan dibuat menjadi peti harta karun. Tetapi... doanya tidak menjadi kenyataan karena tukang kayu membuatnya menjadi kotak tempat menaruh makanan ternak. Ia hanya diletakkan di kandang dan setiap hari diisi dengan jerami.
Pohon kedua dibawa ke galangan kapal. Ia berfikir bahwa doanya menjadi kenyataan. Tetapi... ia dipotong-potong dan dibuat menjadi sebuah perahu nelayan yang sangat kecil. Impiannya menjadi kapal besar untuk mengangkut raja-raja telah berakhir.
Pohon ketiga dipotong menjadi potongan-potongan kayu besar dan dibiarkan teronggok dalam gelap.
Tahun demi tahun berganti..., dan ketiga pohon itu telah melupakan impiannya masing-masing.
Kemudian suatu hari...
Sepasang suami istri tiba di kandang. Sang istri melahirkan dan meletakkan bayinya di kotak tempat makanan ternak yang dibuat dari pohon pertama. Orang-orang datang dan menyembah bayi itu. Akhirnya pohon pertama sadar bahwa didalamnya telah diletakkan harta terbesar sepanjang masa
Bertahun-tahun kemudian... sekelompok laki-laki naik ke atas perahu nelayan yang dibuat dari pohon kedua. Ditengah danau, badai besar datang dan pohon kedua berfikir bahwa ia tidak cukup kuat untuk melindungi orang-orang di dalamnya. Tetapi salah seorang laki-laki itu berdiri dan berkata kepada badai: "Diam!!!" Tenanglah". Dan badai itupun berhenti. Ketika itu tahulah bahwa ia telah mengangkut Raja diatas segala raja
Akhirnya... seseorang datang dan mengambil pohon ketiga. Ia dipikul sepanjang jalan sementara orang-orang mengejek lelaki yang memikulnya. Laki-laki itu kemudian dipakukan di kayu ini dan mati di puncak bukit. Akhirnya pohon ketiga sadar bahwa ia demikian dekat dengan TUHAN, karena YESUSlah yang disalibkan padanya...
KETIKA KEADAAN TIDAK SEPERTI YANG ENGKAU INGINKAN, KETAHUILAH BAHWA TUHAN MEMILIKI RENCANA UNTUKMU. JIKA ENGKAU PERCAYA PADA-NYA, IA AKAN MEMBERIMU BERKAT-BERKAT BESAR. KETIGA POHON MENDAPATKAN APA YANG MEREKA INGINKAN, TETAPI TIDAK DENGAN CARA YANG SEPERTI MEREKA BAYANGKAN. BEGITU JUGA DENGAN KITA, KITA TIDAK SELALU TAHU APA RENCANA TUHAN BAGI KITA. KITA HANYA TAHU BAHWA JALAN-NYA BUKANLAH JALAN KITA, TETAPI JALAN-NYA ADALAH YANG TERBAIK BAGI KITA, SELAMANYA...
Note : I got this story from a friend & i didn't know who wrote it. Thx my friend. GBus who read this story...
Potensi Ekonomi
Jika kawasan Pelestarian Orangutan Sumatera mampu untuk dikelola dengan baik, maka ini merupakan potensi yang sangat menjanjikan dalam menambah Pendapatan Asli Daerah melalui wisatawan yang berkunjung ke kawasan pelestarian Orangutan Sumatera. Tidak hanya Pemerintah Propinsi Sumatera Utara yang akan menikmati hasilnya, namun juga masyarakat yang berada di sekitar kawasan ini.
Jika dirata-ratakan, jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata Bukit Lawang dan Tangkahan mencapai sekitar 15 - 20 orang per hari. Jumlah ini belum termasuk wisatawan lokal yang berasal dari Medan dan daerah-daerah lainnya di Sumatera Utara yang biasa berkunjung pada akhir minggu.
Menurut pengalaman penulis yang sudah pernah berkunjung ke kawasan Bukit Lawang dan Tangkahan, satu orang wisatawan yang berkunjung dan menginap selama satu hari di sekitar kawasan ini, akan mengeluarkan uang sebesar lebih dari 150 ribu rupiah. Besarnya dana ini dialokasikan untuk transportasi, penginapan, makan dan minum serta pembelian cenderamata. Ini merupakan perhitungan kasar untuk wisatawan lokal, sedangkan untuk wisatawan mancanegara bisa mencapai dua sampai tiga kali lipat dari cost yang harus dikeluarkan oleh wisatawan lokal.
Potensi Penelitian
Selain wisatawan, potensi yang bisa dijadikan pemasukan adalah para peneliti yang banyak berasal dari luar negeri. Mereka tidak hanya melakukan penelitian mengenai Orangutan Sumatera namun juga mengenai potensi keanekaragaman hayati yang ada di sekitar Kawasan Ekositem Leuser, serta masyarakat sekitar kawasan tersebut.
Jika pihak keimigrasian mau untuk lebih memperpendek jalur birokrasi untuk pengurusan perpanjangan Visa mapuan Passport, maka para wisatawan dan peneliti yang berasal dari luar negeri tidak akan memilih negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand sebagai persinggahan sementaranya dalam pengurusan Visa dan Passport untuk memperpanjang izin tinggal di Indonesia.
Nama Tangkahan mungkin masih cukup asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Jangankan di Indonesia, di Sumatera Utara sendiri Tangkahan masih merupakan tempat yang jarang didengar orang, kecuali untuk orang-orang yang bergerak dalam bidang konservasi.
Hutan Tangkahan masih merupakan bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser. Kawasan hutan ini merupakan salah satu habitat asli dari Orangutan Sumatera. Sebagai habitat Orangutan, data-data yang menjelaskan mengenai keberadaan Orangutan di lokasi ini masih sangat kurang.
Hutan Tangkahan terletak di Desa Namo Sialang, Kecamatan Sei Serdang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Daerah ini memiliki hamparan hutan hujan tropis dataran rendah yang sangat luas dan kaya akan keanekaragaman hayati.
Untuk mencapai lokasi Tangkahan dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara yaitu Medan, diperlukan waktu sekitar 7-8 jam dengan menggunakan angkutan Bus umum.
Program penyelamatan hutan bertujuan untuk melestarikan fungsi dan kemampuan sumber daya alam hayati dan lingkungan hidup. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis sangat mendesak untuk direalisasikan.
Untuk mengembalikan kawasan hutan yang rusak menjadi normal merupakan pekerjaan yang sulit dan butuh waktu panjang. Sangat sulit melakukan reboisasi terhadap hutan yang gundul dan rusak tersebut. Namun demikian berbagai upaya pelestarian dan pengamanan sumber daya hutan melalui rehabilitasi lahan dan reboisasi hutan, penyuluhan, patroli rutin, dan operasi gabungan terus dilakukan, meski diakui belum mampu mencegah tindak perusakan.
Hasil analisis menunjukkan telah terjadi ancaman serius tehadap keberadaan keanekaragaman hayati dan lingkungan antara lain : kebakaran hutan, kekeringan dan punahnya aneka flora dan fauna yang ada. Kendala yang ada selama ini, kurangnya kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang menyebabkan sering terjadi kerusakan lingkungan.
Semua komponen masyarakat ikut bertanggung jawab. Sebab kerugian akan ditanggung semua pihak. Jika terjadi kerusakan di kawasan hutan maka akan berdampak terhadap kehidupan seluruh aspek. Mungkin 10 atau 20 tahun mendatang Indonesia akan menjadi gersang dan kekeringan tanpa adanya hutan yang dahulu sering kita banggakan sebagai pari-paru dunia. Saat ini setiap menit hutan kita telah digunduli seluas 6 x lapangan bola. Kalau bukan kita siapa lagi yang akan peduli dengan keadaan hutan dan lingkungan hidup kita.
CA Dolok Tinggi Raja terletak di Desa Dolok Merawan Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. Kawasan ini telah dilindungi sejak tahun 1924 melalui keputusan bersama raja-raja Simalungun. Luas keseluruhan CA ini adalah 167 Hektar.
Untuk mencapai lokasi kawasan konservasi ini, ada dua alternatif perjalanan darat yang bisa ditempuh, yaitu :
- Medan – Lubuk Pakam – Tebing Tinggi – Dolok Tinggi Raja, dengan jarak 110 km atau waktu tempuh 3 jam perjalanan.
- Medan – Lubuk Pakam – Galang – Dolok Masihul – Dolok Tinggi Raja, dengan jarak 97 km atau waktu tempuh yang hampir sama dengan alternatif di atas.Kawasan ini merupakan hutan hujan tropis dataran rendah yang subur dan hijau dengan komposisi tegakan pohon yang beraneka ragam. Potensi flora yang tumbuh di kawasan ini didominasi oleh Meranti Bunga (Shorea parfivolia), Kenari (Cannarium sp.), Malu Tua (Tristia sp.) untuk jenis pohon dan jenis perdu terdiri dari Rotan (Calamus sp.), Anggrek (Bulbophylum sp.), Kantung Semar (Nephentes sp.), serta Pandan (Pandanus, sp.).
Potensi faunanya berdasarkan penelitian terakhir tahun 1999 tercatat lebih dari 45 jenis satwa liar, diantaranya sudah dilindungi, yaitu Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Babi hutan, Kancil, Kijang, Rusa, Kambing Hutan, Siamang, bermacam jenis monyet dan reptil, dan juga Beruang Madu. Namun jenis fauna yang paling sering dan paling mudah dijumpai adalah Burung Rangkong.
Keunikan yang khas dari kawasan CA ini adalah potensi sumber air panas yang berasal dari endapan-endapan kapur yang terbentuk dari proses panas bumi yang mengandung belerang sehingga membentuk teras-teras tanah kapur berbukti, dengan luas mencapai 35 hektar. Aliran air panas yang menyatu dengan air sungai sering dimanfaatkan untuk mandi-mandi karena airnya terasa hangat-hangat kuku.Fenomena alam yang cukup unik akibat adanya panas bumi yang aktif ini, dapat berpindah-pindah tempat. Bukit-bukit hasil endapan kapur yang terlihat sudah tidak aktif lagi, sewaktu-waktu dapat kembali aktif. Hal ini menunjukkan kondisi panas bumi dan bukit-bukti kapur tersebut tidak stabil. Ketidakstabilan inilah yang menjadikan perlindungan kawasan menjadi sangat penting untuk tetap dijaga kelestariannya, demi kestabilan ekosistem hutan dan kawasan sekitarnya.
Kawasan ini sebelumnya merupakan hutan lindung yang telah ditetapkan sejak zaman kolonialisme pada tahun 1916 dalam Zeelfbestuur Tanggal 8 Juli 1916. Kemudian dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 471/Kpts-II/1993 Tanggal 2 September 1993, status kawasan beralih fungsi menjadi Cagar Alam dengan luas 195 hektar.
Letak CA Martelu Purba secara administratif pemerintahan terbentang pada 2 desa, yaitu desa Tiga Runggu dan desa Purba Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.
Untuk menuju lokasi dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum dengan rute perjalanan dari Medan menuju Pematang Siantar dan kemudian menuju desa Tiga Runggu dengan jarak tempuh sekitar 140 km atau 3-4 jam perjalanan.
CA Martelu Purba merupakan CA yang unik, karena sebenarnya istilah alam disini kurang cocok. Hutan yang ada disini bukanlah hutan alam tetapi merupakan hutan buatan hasil tanaman reboisasi. Pada tahun 1980, ketika kawasan masih berstatus sebagai hutan lindung, oleh seorang tokoh kehutanan Sumatera Utara, kawasan ini dipilihnya sebagai lokasi untuk kegiatan reboisasi dengan penanaman dari jenis Meranti (Shorea sp.)
Keberhasilan dari upaya reboisasi tersebut telah membentuk hutan dengan komposisi dari jenis yang sama, yaitu meranti dan menghasilkan hutan hujan tropis dipterokarpus yang seumur dengan strata tajuk hutan yang sama dan menjulang tinggi. Tegakan meranti tersebut saat ini telah mencapai tinggi 28-30 meter dengan diameter batang mencapai 60-80 cm.
Ciri pada hutan ini adalah lapisan tanahnya yang tipis dan akar pohon tak mampu menembus jauh ke dalam tanah, sehingga banyak diantara pohon itu mengembangkan akar penunjang yang menopang batang pohon yang tinggi dan lurus itu.
Kawasan hutan ini berada di tepi jalan raya, bahkan dibelah jalan, sehingga bila kita menggunakan kendaraan pribadi dari dalam mobil sudah dapat diamati pepohonan yang tumbuh. Karena hutan ini sejenis dan seumur, maka dari jauh nampak pemandangan yang indah dengan tajuk merata.
Namun begitu, diantara tegakan pohon meranti juga terdapat jenis pohon aren dan jenis jambu. Potensi flora yang ada pada kawasan ini merupakan asset deposito seumur hidup bagi kelangsungan hidup masyarakat sekitar. Kawasan ini juga berpotensi dalam pengembangan penelitian bidang kehutanan, ekologi, serta untuk mempelajari pepohonan (arboretum).
Peran yang dimainkan oleh kawasan ini sangat penting sekali karena batas antara kawasan dan lahan pertanian masyarakat sangat kontras, karena tidak adanya lagi perantara berupa zona penyangga. Apabila ekosistem kawasan rusak, maka secara langsung akan merusak juga produktifitas tanah dan aktifitas pertanian.
Keberadaan kawasan CA Martelu Purba ini juga merupakan perlindungan bagi kelangsungan habitat berbagai jenis fauna. Beberapa jenis fauna yang menghuni kawasan ini adalah beruang, babi hutan dan juga berbagai jenis burung, diantaranya murai, pergam, perkutut, dsb.
Kawasan ini ditetapkan bersamaan dengan penetapan perlindungan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja yang telah dilindungi sejak tahun 1924 melalui keputusan bersama raja-raja Simalungun, yaitu Zelfbestuur Belsuit 1924 No. 24 Tanggal 18 April 1924 dengan luas kawasan hanya 0,8 hektar. Secara administratif wilayah, kawasan ini terletak di Desa Pematang Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.
Untuk mencapai CA ini dapat ditempuh rute perjalanan darat, yaitu :
- Medan – Tebing Tinggi – Pematang Siantar – Tiga Dolok (Dolok Panribuan) dengan jarak tempuh 153 km atau waktu tempuh lebih kurang 4 jam.
- Medan – Berastagi – Kabanjahe – Tiga Runggu – Tiga Dolok dengan jarak tempuh 202 km atau waktu tempuh sekitar 5 – 6 jam.
Dari Tiga Dolok, perjalanan masih harus dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 4 km untuk dapat memasuki lokasi. Jalan setapak menuju lokasi sudah disemen dan dapat dilalui dengan mudah.
Posisi CA Batu Gajah terletak pada sudut pertemuan dua alur sungai, yaitu Sungai Kisat dan Sungai Sipinggan. Konon ceritanya kawasan ini dahulunya merupakan tempat ibadah bagi para penganut kepercayaan spiritual. Pertemuan dua alur sungai merupakan tempat berpusatnya kekuatan supranatural, sehingga lokasi ini dipilih sebagai tempat keramat untuk bertapa.
Perlindungan kawasan Batu Gajah ini dimaksudkan sebagai perlindungan terhadap monumen alam (nature monument). Potensi yang ada di lokasi ini, dalam perkembangannya sekarang merupakan potensi Cagar Budaya, dikarenakan yang lebih utama untuk dilindungi adalah pahatan prasasti peninggalan sejarah yang memiliki nilai historis religius yang sangat tinggi.
Benda-benda bersejarah dimaksud berupa batu-batuan yang berbentuk gajah, katak, ulok (bahasa tapanuli yang berarti ular), dan juga batuan yang berbentuk lesung dan batu berbentuk karang.
Kisah sejarah yang menghiasi peninggalan tersebut merupakan cerita turun-temurun semenjak zaman nenek moyang. Sepasang suami istri dari Marga Purba telah membangun tempat tersebut. Batu tebing besar yang terdapat di lokasi merupakan batu yang dipahat membentuk sebuah bangunan yang merupakan gambaran tempat perlindungan harta yang dijaga oleh seekor gajah dewasa dan seekor ular di bagian atas bangunan. Pada sekelilingnya dikawal oleh para pengawal yang siaga di relung-relung kecil sekeliling bangunan.
Di bagian depan jalan masuk menuju batu bangunan tersebut, terdapat juga sebuah batu gajah berukuran kecil dan pada bagian belakang bangunan, terdapat batu berbentuk katak raksasa serta batu berbentuk kerbau jantan dengan penggembalanya yang digambarkan sedang berjongkok di sebelah kanan kerbau.
Di dalam kawasan CA Batu Gajah juga terdapat berbagai jenis flora, diantaranya adalah Tusam/Pinus (Pinus merkusii), Pulai (Alstonia schollaris), Aren (Arenga sp.), Bambu (Bambusa sp.), Pakis-pakisan dan berbagai jenis tumbuhan bawah lainnya. Selain flora, jenis fauna yang dapat dilihat di kawasan ini adalah jenis mamalia kecil, yaitu musang, tupai, babi hutan, kera dan juga jenis burung tekukur, pergam dan kutilang.
Damai yang dirasa
Profil tanah itu merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitiannya. Dalam hal ini misalnya untuk keperluan genesa tanah pada oksisol yang solumnya tebal, pembuatan profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3 - 3,5 meter.
Kemarin, anakku bertanya, Bu, "apakah hutan itu?"
Aku menerawang jauh menjelajah saat saat ku dulu, lalu aku mulai bicara kepada anakku, "Hutan adalah tempat sungai mengalir bening, tempat hewan-hewan berdiri, dan berlari"
"Tempat kumpulan tanaman dan makanan"
"Tempat dimana keteduhan dapat dicari"
"Tempat dimana dunia berkata, tolong... bersihkan aku dari polusi"
"Dimana kamu dapat bersandar dari kebisingan kota"
"Hutan adalah tempat dimana kamu dapat melihat Bapak..."
"Bapak... ?" ujar anakku.
"Seperti kita...?" tanyanya lagi.
Aku mengangguk dan berlalu ke sudut rumah baruku yang terbuat dari besi kokoh berwarna hijau...
"Bu... Tunggu dulu, aku belum puas dengan jawaban tadi", anakku melangkah tergopoh mendatangiku.
"Lalu kapan kita bisa ke hutan bu? melihat Bapak... wajah anakku tertatap polos di depanku.
Aku tersenyum kecil, "Anakku..., hutan itu hanya khayalan Ibu saja", aku mencoba berurai bijak.
"Sungai bening itu kini mengering, pohon-pohon saat ini berteriak minta tolong saat tercabut dari akar dan terpotong rapi, dan sekarang semua tidak ada lagi", aku menghela napas sesaat, "dan anakku... Hutan adalah khayalan Ibu saja...", sambungku lagi."Oh..., jadi hutan hanya sebuah dongeng negeri antah berantah ya bu?", ujar anakku polos.
Aku mengangguk, lalu beringsut pindah ke sudut rumah besi hijauku yang kokoh.
"Lalu Bapak bukan khayalan kan bu...?", tanya anakku yang kembali mengejar sambil bergelayut manja dipunggungku.
Aku menggeleng pelan, sambil melihat sesaat pada kulit suamiku yang terjemur rapi di atas kawat sang kolektor yang "baik hati" pada kami dan pada si Pongo kecil, yang kini lelap dipelukku.
"Mimpi indah nak... semoga dalam mimpi mu hutan indah itu muncul", bisikku membelainya.
Indonesia berada di episenter krisis penggundulan hutan global. Indonesia telah kehilangan sekitar 20 juta hektar hutan dari tahun 1985 sampai 1997. Sejak itu, para pakar yakin bahwa 5 juta hektar lainnya juga telah punah, akibat merajalelanya penebangan kayu ilegal bahkan di daerah-daerah yang terlindungi. Ancaman lainnya mencakup desentralisasi; perkebunan kelapa sawit; perburuan dan perdagangan satwa liar ilegal; pembangunan jalan; pertambangan; dan konflik sipil. (CPEF 2002)
Hotspot Sundaland meliputi setengah bagian barat dari kepulauan Indonesia, yaitu suatu kelompok 17.000 pulau terhampar sepanjang 5.000 kilometer di katulistiwa dan terletak di antara benua Asia dan Australia. Hotspot ini mencakup beberapa pulau-pulau terbesar di dunia dan berbatasan dengan tiga hotspot lainnya: Wallacea di bagian timur, Indo-Burma di bagian barat, dan Filipina di bagian utara. Secara keseluruhan, keempat pusat lokasi ini merupakan satu dari dua konsentrasi terbesar keanekaragaman spesies darat dan air tawar di Bumi – sedangkan satu lagi terdapat di sebelah utara Amerika Selatan. Sundaland memiliki luas sekitar 1,6 juta kilometer persegi, didominasi oleh pulau Kalimantan dan Sumatera. Topografinya mencakup pegunungan tinggi, pegunungan berapi, daratan endapan, danau, rawa, dan pesisir pantai yang dangkal. Indonesia sendiri merupakan rumah bagi 10% jumlah spesies tumbuhan dunia, 12% dari semua mamalia, 17% dari semua burung, 16% dari semua reptil dan amfibia, dan 25% dari semua jenis ikan. Sundaland mempunyai enam daerah burung endemis, bersamaan dengan 15.000 spesies tumbuhan endemis, 139 spesies burung endemis, 115 spesies mamalia endemis, 268 spesies reptil endemis, dan 280 spesies ikan air tawar endemis. (CPEF 2001)
CPEF 2002, Pusat Lokasi Keanekaragaman Hayati Sundaland
CPEF 2001, Ekosistem hutan sumatera dalam hot spot keanekaragaman hayati sundaland
SEJAK SAAT ITU AKU HIDUP SENDIRIAN DALAM KURUNGAN INI. AKU BOSAN HIDUP DALAM KURUNGAN BESI INI. AKU INGIN BEBAS SEPERTI DULU LAGI. MAKAN DAN TINGGAL DI DALAM HUTAN TEMPAT SURGAKU.
Bila malam telah datang, Aku selalu teringat ibuku, yang mati beberapa tahun yang lalu. Sedih rasanya ditinggalkan ibu.
DULU AKU ANGGAP MANUSIA ITU BAIK. NAMUN KENYATAANNYA TIDAK DEMIKIAN. MEREKA JAHAT, MEREKA MEMBURUKU, MEMBUNUH IBUKU, DAN SAUDARA-SAUDARAKU YANG ADA DI HUTAN SANA. TIDAK HANYA ITU, MEREKA JUGA MERUSAK TEMPAT TINGGALKU.
Kini spesies kami hampir punah. di Sumatera tercatat hanya 7.200 ekor saja yang masih tersisa. Namun kini, kami merasa lega. Ada beberapa kelompok manusia kini memperhatikan kami. Kami kini punya harapan untuk hidup lebih lama lagi. Paling tidak untuk 1000 tahun yang akan datang.
"SELAMATKAN KAMI YA ...!!!! HIDUP KAMI DI TANGANMU"
Tinggi :
Jantan : 120 - 150 cm; Betina 90 - 120 cm
Berat :
Jantan : 70 - 110 kg ( di alam liar ), sedangkan di karantina dapat mencapai 150 kg Betina : 40 - 60 kg
Lengan :
Panjang lengan 60 - 90 cm, atau dua per tiga dari tinggi badan
Warna Tubuh :
Warna rambut coklat kemerahan. Orangutan Sumatra jantan mempunyai warna janggut agak merah kekuningan hingga jingga
Tampilan Fisik :
Wajah : sekitar mata tidak berbulu dan mempunyai telinga yang kecil; Orangutan Sumatra bentuk wajah oval memanjang dan menyempit, seperti berlian; orangutan jantan mempunyai kantung suara yang menggelantung waktu kempis; orangutan jantan mempunyai daging pipi "cheek pad" yang akan berkembang mulai dari umur 15 - 20 tahun
Tubuh : jantan dewasa ukuran tubuhnya dua kali lebih besar dari pada betina; tubuh orangutan tinggi dengan bulu/rambut yang kusut
Lengan : tangan dan kaki kecil memanjang sesuai untuk memegang cabang-cabang pepohonan; jempol tangan dan kaki pendek
Hutan Aek Nauli berada di Kecamatan Girsang Simpangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara. Aksesibilitas ke lokasi ini sangat tinggi karena terletak di antara kota Parapat dan Pematangsiantar melalui jalur lintas Sumatera.
Hutan Aek Nauli terbagi dua berdasarkan komposisinya, yaitu hutan homogen dengan dominasi tegakan Pinus (Pinus merkusii), dan hutan heterogen yang disebut juga hutan alam dengan beberapa jenis tegakan.
Hutan alam Aek Nauli berada pada ketinggian 1200 mdpl. Secara geografis terletak pada 430 25' BT dan 40 89' LU. Hutan ini memiliki kelerengan 2 sampai 15% dan sebagian merupakan areal datar berbukit dan sebagian merupakan lembah dangkal. Curah hujan kawasan Aek Nauli termasuk ke dalam tipe A menurut klasifikasi Smith dan Ferguson dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 2199,4 mm sampai dengan 2452 mm, kelembaban udara rata-rata harian 84 mmHg dan suhu rata-rata bulanan berkisar antara 23 sampai 24 0 C.
Beberapa jenis pohon yang merupakan jenis asli hutan alam Aek Nauli adalah Pinus sp., Quercus sp., Omalanthus, Lithocarpus sp., Garcinia sp., dan lain-lain.
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang menyangkut, mempelajari dan menjelaskan prilaku manusia di dalam kelompoknya dan dalam hubungannya dengan orang atau kelompok lain dan tidak menutup kemungkinan masyarakat tersebut dapat berinteraksi dengan kondisi alam dimana dia tinggal dan kelompok masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat desa hutan.
Tujuan
Tujuan kita mempaelajari sosiologi masyarakat desa hutan adalah :
1. Kita dapat menerangkan atau mendeskripsikan fenomena atau kejadian-kejadian tertentu yang terjadi pada masyarakat desa hutan tersebut dalam hal ini, masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan TNGL
2. Kita dapat mengetahui mengapa dan bagaimana terjadinya suatu fenomena tersebut dengan fakta dan kondisi dilapangan dengan melihat kebiasaan atau tradisi yang ada di masyarakat
3. Kita dapat mengambil kesimpulan secara nyata dan terarah pada objek yang kita amati antara kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar habitat Orangutan Sumatera
Teknik atau langkah pengkajian
Langkah-langkah pengkajian sosiologi masyarakat desa hutan
1. Menentukan ide, bahkan isu atau permasalahan yang akan dikaji. Dalam hal ini masalah yang dikaji adalah pola interaksi masyarakat desa hutan dengan ekosistem hutan termasuk habitat Orangutan serta berbagai macam konflik yang terjadi antar individu dan kelompok yang ada dan dalam konteks interaksi ekonomi, sosial maupun budaya.
2. Perumusan dan identifikasi perangkat-perangkat kajian yang diperlukan, misalnya batasan, defenisi operasional, variable, sampling dan sebagainya. dan kajian kita kali ini adalah dibatasi sampai dengan pembatasan kelompok sasaran atau rtesponden dan permasalahan yang diperdalam.
3. Pengumpulan data, menggunakan teknik-teknik wawancara singkat yang efektif.
4. Analisis dan penarikan kesimpulan. dalam hal ini adalah kita diminta untuk menyimpulkan fenomena yang dikaji dan memberikan analilis serta pendapat akan alternatif-alternatif solusi (jika terdapat permasalahan) dan apabila memungkinkan dapat dilakukan tahapan pengujian-pengujian dan pembuktian akan kebenaran dari kesimpulan yang dibuat.
Ketrampilan Wawancara
Beberapa ketrampilan dasar yang harus dimiliki untuk kegiatan wawancara :
1. Kemampuan mendengar secara aktif
2. Kemampuan menyusun pertanyaan yang produktif
3. Kemampuan menggunakan bahasa tubuh dalam memeriksa empati
4. Kemampuan mengatasi halangan atau hambatan komunikasi, baik bahasa daerah dan bahasa lainnya yang kita dapat kuasai sebagai penunjang
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pendekatan untuk wawancara
1. Pahami latar belakang responden (masyarakat) meliputi latar belakang suku, agama, adat istiadat, mata pencaharian, pola prilaku dan terutama hal-hal khusus yang ditabukan
2. Gunakan pendekatan yang paling mungkin bisa diterima oleh responden
3. Bangun persepsi positif terhadap masyarakat desa tersebut
4. Menyadari hak dan posisi kita sebagai seorang yang ingin mendapatkan data, kehadiran kita bukanlah sesuatu yang menguntungkan bagi masyarakat, bahkan sebagian kelompok merasa dirugikan.
5. Kita harus mempelajari waktu terbaik untuk wawancara, prinsipnya adalah seminimal mungkin merugikan, mengganggu aktivitas para responden.
Ewusie (1990), membagi lapisan ini dalam beberapa lapis, yaitu :
1. Lapis paling atas (tingkat-A) terdiri dari pepohon setinggi 30-45 m. Pepohonan yang muncul keluar ini mencuat tinggi di atas sudur hutan, bertajuk lebar dan umumnya tersebar dedemikian rupa sehingga tidak saling bersentuhan membentuk lapisan yang berdinambung. Bentuk tajuknya yang khas sering digunakan untuk pengenalan jenisnya dalam satu wilayah. Pepohonan yang mencuat keluar itu sering berakar dangkal dan berbanir.
2. Lapis pepohonan kedua (tingkat-B) dibawah yang mencuat tadi , adakalanya juga disebut sebagai tingkat atas, terdiri dari pepohonan sampai ketinggian sekitar 18-27 m. pepohonan ini tumbuh lebih berdekatan dan cenderung membentuk sudur yang bersinambung. Tajuk sering membulat atau memanjang dan tidak selebar seprti pohon yang mencuat.
Ketiga lapisan pohon ini juga bergabung dengan bebrapa populasi epifit, perambat dan parasit, terutama bergantung pada kebutuhan cahaya dari tumbuhan yang bersangkutan.
Bencana alam (banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dsb) yang melanda dan meresahkan kehidupan telah menimbulkan banyak kerugian (lenyapnya harta benda, rusaknya tempat tinggal, sampai menyebabkan hilangnya nyawa bagi manusia, ditambah lagi dengan hilangnya keanekaragaman hayati atau biodiversity dari flora dan fauna Indonesia yang terkenal kaya). Ini terjadi akibat ulah manusia sendiri yang tidak peduli kepada alamnya.
Perilaku dan aktivitas manusia yang tidak bermoral telah menggilas hutan kita yang katanya sebagai paru-paru dunia. Setiap waktu (setiap jam, menit, bahkan setiap detik) hutan kita semakin berkurang karena pembalakan, penjarahan, penebangan liar atau illegal loging, kebakaran hutan, dsb.
Akankah kita tinggal diam atas apa yang terjadi pada hutan kita ? Jangan hancurkan kehidupan kita sendiri. Jangan tunggu hingga alam ini murka. Hutan adalah penyangga kehidupan (buffer of life). Kalau bukan kita siapa lagi yang akan peduli ???
Zat pepewarna (sesuai selera)
Zat pewangi (sesuai selera)
Air (secukupnya)
Kulit bawang, bunga-bunga kering serat yang sudah dihaluskan (untuk variasi kertas sesuai selera)
Alat
Ember sedang 3 bh
Blender/tumbukan
Skreen/cetakan (berbagai ukuran)
Gayung
Sponge (busa penghisa)
Alas: triplek/spnduk (tempat melatakan dan tempat pengering kertas yang sudah dicetak)
Pengepres atau setrika (untuk merapikan kertas yang sudah kering)
Cara kerja:
2. Rendam sobekkan kertas dalam ember sedang berisi air secukpnya minimal 4 jam, bila perendaman dilakukan lama air rendaman harus sering diganti agar tidak menimbulkan aroma yang tidak sedap (untuk lebih cepat proses penghancuran kertas bisa dengan cara merebus kertas +2 – 3 jam)
3. Haluskan kertas yang sudah direndam/direbus ( diblender/tumbuk)
4. Sisihkan kerts yang sudah halus (bubur kertas ) dalam embar sedang yang lain, bubur jangan sampai kering.
5. Siapkan air setengah ember besar, kemudian masukkan bubur kertas kedalamyan,bubur siap dicetak. Untu ukuran ketebalan tergantung pada jumlah bubur yang dimasukkan kedalam ember besar.
6. Masukkan cetakan kedalam ember besar dan saringlah bubur kertas, angkat dan tariskan setelah air tidak banyak lagi yang menetes, tempelkan kertas yang masih dalam cetakan ke alas tang sudah disediakan, hisap sisa air dangan busa hingga benar-benar kering , angkat cetakan dengan hati-hati agar kertas tidak rusak jemur hingga kering.
7. Untuk merapikan kertas bisa dengan menyetrika atau dilakukan pengepresan (tindih dengan benda berat yang rata)
8. Untuk variasi kertas bisa ditambahkan pewarna, pewangi atau bahan lainnya.
Selamat mencoba.
:jeritan rimba raya:
Teringat puluhan tahun silam, Negeriku penuh dengan hutan rimba. Setiap jengkalnya ada rahmat Tuhan, ada kedamaian, ada kebahagiaan, untuk manusia dan untuk semua mahluk hidup yang ada di dalamnya.
Rimbaku adalah paru-paru dunia, berikan udara segar tanpa pernah minta dibayar. Berikan ribuan liter air bersih dengan rasa kasih. Berikan tanah subur, agar hidup kita jadi makmur. Berikan semua yang dia punya kepada kita manusia, tanpa pernah mengharap bintang balas jasa.
Namun beberapa waktu kemudian keadaan telah berubah. Disana-sini terjadi keserakahan. Ada orang-orang tidak bertanggung jawab ingin kuasai dunia dan menghalalkan segala macam cara. Hutan-hutan dibabat dan dibumihanguskan, hewan-hewan dibinasakan, diburu dan dipenjarakan.
Setiap detik, setiap menit, setiap detak jantung dan denyut nadiku, kudengar ribuan pohon dalam hutanku bertumbangan, menggelegar bagaikan suara petir, pecahkan gendang telingaku. Suara gergaji mesin nyanyikan nada-nada kepunahan, untuk bangsa-bangsa satwaku. Mereka berlari, mereka menjerit, mereka ketakutan. Namun kemana mereka akan pergi...?. Mungkinkah mereka bersembunyi dalam jurang kepunahan di sana...?
Lihat...! Coba kita lihat... Saksikan tanah-tanah tandus dan gersang itu. Itu dahulu adalah surga satwaku. Namun kini, surga itu terganti oleh kebun-kebun sawit yang kering kerontang. Tak ada sungai mengalir di sana. Pohon-pohon rindang di sana, telah lama jadi tunggul-tunggul arang yang hitam. Diam, dan tak akan pernah berbisik lagi.
:about me:
:contact:
:latest activity:
Volunteer for Sumatran Orangutan Society-Orangutan Information Centre (SOS-OIC) Medan, North Sumatra
Ketua GMKI Komisariat Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Koordinator Kelompok Kerja Informasi dan Komunikasi Tim Riset Partisipatif GMKI Cabang Medan
Koordinator Sylva Indonesia Forum Regional I Aceh-Sumut
:blooming:
:past:
:links 2 me:
[X] Friendster Profile
[X] Friendster Blogs
[X] GuestBook
[X] Forums
:links:
[X] Youth Christian
[X] Environment
[X] Orangutan
[X] Sylva Indonesia
:tagboard:
:credits:
[X] Blogger
[X] BlogSkins
[X] Clone
:others:
ASAH OTAK
Topik :NamaTaman Nasionaldi Indonesia
|